Tidak Ada Ayat Al qur’an yang Dipaksa Saintifik
Tidak ada niatan atau upaya untuk memaksa Al-Qur’an supaya kelihatan saintifik. Yang penulis lakukan yaitu mengambil informasi Al-Qur’an sebagai inspirasi untuk memahami alam semesta. Bahwa pengembangan alam semesta itu ditahan oleh Allah supaya tidak lenyap dengam mekanisme keseimbangan atau mizan. Karena Allah telah menciptakan alam semesta beserta isinya ini, maka Dia pula yang tahu bagaimana seharusnya memahami ciptaanNya. Di dalam ayat-ayatNya itu Dia memberikan tanda-tanda agar umatNya tidak salah melangkah. Selebihnya ya kita harus cari tahu sendiri lewat sains yang terus berkembang seperi perintah mempelajari alam semesta secara saintifik itu bertaburan di dalam Al-Qur’an. Maka penulis mencoba membangun konsrp berdasarkan kepahamannya tentang alam semesta dengan data empiris dan teori yang berkembang dan Al-Qur’an dijadikan pedoman bagi ilmu-ilmu pengetahuan lain seperti sains.
Dalam Al-Qur’an mizan yang berarti timbangan. Secara umum timbaangan itu menggambarkan adanya mekanisme dinamis antara dua posisi yang berseberangan. Terkait dengan dinamika alam ini penulis memaknai sebagai keseimbangan gaya-gaya yang berseberangan. Tidak harus sama persis antara dua posisi yang berseberangan itu. Sehingga alam semesta ini tidak runtuh sesaat setelah ada. Melainkan bisa bertahan selama belasan miliyaran tahun ini. Demikian pula bumi yang memiliki kecepatan dan gaya yang seimbang secara dinamis dengan tarikan gravitasi matahari. Dan seterusnya, tetkait dengan benda-benda langit lainnya. Misal di alam mikro DNA yang ditemukan oleh Profesor Kazuo Murakami, ketika tak bisa lagi mendefinisikan peranan siapa atau adanya Something Great.
Dan kita sebagai umat bertuhan memang tidak berlebihan jika di dalam alam mikro DNA akan sampai juga pada kesimpulannya adanya Sang Maha Berperan something great, sang Maha Agung meski berangkat dari kajian sains saja. Penulis juga ingin menjelaskan keduanya yaitu tafsir sains dan metode saintifik. Karena ingin membuktikan bahwa keimanan tidak keliru, begitulah proses keimanan yang diajarkan oleh Islam harus menggunakan akal sehat. Agar memperoleh keyakinan yang semantap-mantapnya bukan hanya kata orang.