Merespon Pola Sistem Pendidikan Indonesia Sekarang
Fenomena pola pendidikan pesantren, pola pendidikan agam, dan pendidikan umum susah disatukan. Karena masing-masing menonjolkan kelebihan dan kekurangan, bukan menampakkan kesamaan dan irisan ketigany6a serta saling menyempurnakan. Inilah peran pengembangan kurikulum, pengembangan program pendidikan yang harus mencoba mendekatkan jarak antara ketiga pola pendidikan itu.
Masyarakat sebagai pengguna merasakan betul bahwa hasil pendidikan kita masih ketinggalan. Oleh sebab itu, intuisi pendidikan tertantang untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan yang lebih luas dan tidak terbatas pada disiplin akademik saja, lebih dari itu adalah tercapainya keselarasan antara harapan dan realitas. Dengan kata lain, proses pendidikan perlu berupaya mewujudkan siswanya mampu untuk mengembangkan intelektualitas, kesadaran terhadap harga dirinya, kejujuran, kebiasaan yang baik (berakhlak) bersikap ilmiah, mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan ketakwaan terhadap Allah swt.
Tujuan pendidikan sebenarnya untuk melatih siswa berpikir dan membuat keputusan, maka usaha ke arah pembaharuan perlu dijalankan secra terus menerus agar hasrat yang terkandung dalam filsafat pendidikan nasional dapat direalisasikan. Banyak isu-isu kualitas persekolahan di Indonesia yang menurut hasil penelitian diantaranya penguasaan konsep-konsep sains dan matematika smu rendah, siswa mengalami ketakutan untuk menjawab soal-soal yang sukar, siswa kurang melakukan kegiatan-kegiatan akademik sebagai suatu kebiasaan, lulusan smu siswa yang bmelanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lebih rendah dibanding yang terjun kedunia kerja, banyak guru sains yang mengalami kesukaran untuk mengajar dan mengembangkan kemampuan intelektual siswa.
Isu-isu lain yang menjadi keluhan masyarakan terhadap hasil pendidikan yang belum membangun kesadaran diri, pemikiran, spiritual, kejujuran, kelembutan, sikap mental, dan kemandirian, rasa syukur kepada Allah swt. Seterusnya kini sudah muncul gagasan untuk memperbaiki kurikulum menyangkut spiritualitas, pemikiran integratif, pemikiran kreatif, dan pemikiran kritis dilakukan di sekolah, kemandirian melalui pendidikan enterprener dan ekonomi kreatif.