Friday, February 8, 2019

Keseimbangan Alam Semesta itu Dinamis, Bukan Keseimbangan Statis

Keseimbangan alam semesta, memang tidak dalam bentuk statis melainkan dinamis. Misal ketika sedang berada di stasiun kereta api. Tak lama kemudian gerbong kereta meninggalkan stasiun hingga mencapai kecepatan konstan 100 km/jam. Diatas kereta itu ada orang berjalan searah dengan kecepatan kereta 20 km/jam. Jawabannya 120 km/jam sehingga hasilnya bertambah besar. Tapi sebaliknya, jika orang itu berjalan berlawanan arah dengan kecepatan kereta maka laju orang tersebut akan berkurang dari stasiun menjadi 80 km/jam. Jika orang berlari dengan kecepatan 100 km/jam maka kecepatannyapun menjadi 200 km/jam jika filihat dari stasiun. Tapi tetap saja 100 km/jam bila dilihat oleh penumpang lain. Ini adalah rumus relativitas Newtonian yang terjadi pada benda-benda dengan kecepatan rendah, jauh dari kecepatan cahaya. Alam semesta dalam Al-Qur’an memang tidak statis. Ia bergerak dinamis tapi seimbang. 

Berdasarkan QS. Ar Rahman (35): 7 artinya Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan mizan (timbangan). QS. Ar Rad (13): 2 Allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang (dengan gaya-gaya fundamental) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di Arasy. Dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan, menjelaskan tanda-tanda, supaya kamu meyakini pertemuan dengan Tuhannya. QS. Faathir (35): 41 Sesungguhnya Allah menahan (gerakan) langit dan bumi (dengan gaya pengeimbang) supaya jangan lenyap (tak terkendali). Dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. Jadi ketiga ayat ini memberikan gambaran bahwa alam semesta sedang meninggi ke segala arah terus berdinamika. Allah menahan langit yang sedang berdinamika itu dengan mekanisme penyeimbang sebagai mizan agar tidak lenyap. Atau disebut keseimbangan dinamis. 

Selanjutnya tentang tafsir Al-Qur’an terkait dengan sains. Penulis buku ini meyakini bahwa Al-Qur’an memiliki informasi-informasi yang bisa menjadi landasan bagi kita untuk memahami realitas alam semesta. Semua ilmu berangkat dari dasar filosofis terlebih dahulu. Dan sebenarnya Al-Qur’an tidak butuh pembenaran apa pun dan dari siapa pun. Tanpa usaha pembenaran, Al-Qur’an telah menunjukkan dirinya layak dijadikan rujukan dan sumber inspirasi. Bahkan sudah bertahan selama ribuan tahun dan tidak pernah berubah teksnya pun, sehingga bisa menginspirasi berupa dasar filosofis kepada milyaran umatnya untuk mengatasi realita kehidupannya. Hal ini bergantung pada umatnya apakah mau atau tidak menerjemahkan inspirasi filosofis ke dalam ranah teknis yang bermanfaat buat peradaban manusia bergantung niat dan usaha yang dilakukannya. 

Dengan niat dan usaha yang baik, peradaban Islam terbukti pernah mencapai zaman keemasannya sebagaimana tercatat dalam sejarah seperti berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi landasan bagi peradaban modern. Namun umat Islam saat ini sedang mengalami masalah internal yang sangat akut terkait dengan penerapan filosofi dasar yang diinspirasikan oleh Al-Qur’an. Bukan Al-Qur’annya yang salah sebagai sumber inspirasi dan petunjuk melainkan umatnya harus belajar lebih keras dan berbenah diri.
Comments


EmoticonEmoticon