Aplikasi Bayi Tabung dalam Bidang Kesehatan Dari Mulai Pengertian Sampai Pembentukan Bayi Tabung
1. Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung adalah individu
atau bayi yang pembuahannya terjadi diluar tubuh wanita, dengan cara
mempertemukan sel gemet betina (ovum) dengan sel jantan (sperma) dalam sebuah
bejana (petri disk) yang didalam bejana tersebut telah disediakan medium yang
cocok (suhunya dan lembabnya) sama seperti didalam rahim sehingga ayigote
(hasil pembuahan) yang terjadi dari dua sel tadi menjadi morulla (moerbei) dan
kemudian menjadi blastuta (pelembungan), (Afrianti, 2007).
Pada stadium blastuta calon
bayi dimasukkan (diinflantasikan) dalam selaput lendir wanita yang siap untuk
dibuahi dalam masa subur (sekresi). Teknik bayi tabung disebut teknik Fertilisasi
in Vitro (FIV). Jadi, bayi tabung merupakan suatu metode untuk membantu pasangan yang mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur perempuan oleh sel sperma laki-laki. Tujuan awal program bayi tabung untuk membantu suami istri yang tidak mungkin
memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami
kerusakan permanen. Kemudian
tujuan mulai berkembang dimana program ini diterapkan pula pada pasutri
yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak
dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.
Layanan bayi
tabung di dunia kedokteran disebut fertilisasi-in-vitro atau pembuahan di dalam tubuh. Jadi Fertilisasi di dalam tubuh merupakan pembuahan sel
telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis.
Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik
menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan
pada tahun 1970. Awal mula perkembangan inseminasi buatan ditemukan pada teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam
gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat
Fahrenheit.
2. Tujuan Penemuan Bayi Tabung:
Tujuan program bayi tabung berguna menolong pasangan yang tidak mungkin
memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami
kerusakan abadi. Namun kemudian
mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri
yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak
dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.
3. Angka keberhasilan IVF dan faktor yang mempengaruhi
Faktor keberhasilan IVF yaitu usia, diduga tidak terjadi pembuahan (infertilitas), dan riwayat obstetrik reproduksi
sebelumnya. Angka keberhasilan >32% pada rata-rata semua siklus dan
persentase siklus yang menghasilkan kelahiran hidup sebesar 25,6%. Usia
rata-rata perempuan di Amerika yang melakukan ART adalah 36 tahun. Usia wanita
merupakan determinan kesuksesan IVF. Angka kesuksesan menurun pada wanita
berusia > 40 tahun dibandingkan dengan wanita dengan usia lebih muda. Tahun 2005 angka keberhasilan IVF dilihat dari data kelahiran hidup perempuan yang dihubungkan
dengan usia ibu adalah < 35 tahun (37%), 35-37 tahun (29%), 38-40 tahun
(20%), 41-42 tahun (11%), dan > 42 tahun (4%). Hal ini disebabkan oleh
respon ovarium terhadap stimulasi hormon gonadotropin menurun sehingga telur
yang dihasilkan untuk dilakukan IVF juga menurun dan angka implantasi per
embrio yang menurun akibat kualitas telur yang kurang baik. Selain itu, risiko
keguguran lebih tinggi pada wanita lebih tua.
4. Proses Pembentukan Bayi Tabung (IVF)
Proses
pembentukan bayi tabung dimulai dengan tekad yang
kuat oleh pasangan mengingat prosesnya yang tidak mudah dan cukup lama. Berikut ini adalah tahap-tahap
proses bayi tabung:
a. Dokter akan melakukan seleksi pasien terlebih dahulu, apakah
masih layak untuk mengikuti program bayi tabung atau tidak. Apabila pasangan itu layak maka dapat mengikuti program bayi tabung.
b. Seorang Isteri diberi obat pemicu ovulasi berguna untuk
merangsang indung telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak
permulaan haid dan baru dihentikan setelah sel – sel telurnya matang
c. Kemudian, dilakukan stimulasi dengan merangsang indung telur
si calon ibu untuk memastikan banyaknya sel telur. Karena secara alami, sel
telur hanya satu. Bagi bayi tabung, diperlukan sel telur dari perempuan lebih dari satu
untuk memperoleh embrio yang bagus dan kuat. Pematangan sel
– sel telur di pantau setiap hari melalui pemeriksaan darah isteri dan
pemeriksaan ultrasonografi. Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur
sebanyak-banyaknya. Dokter kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan
seleksi. Setelah itu pasien disuntikkan
hormon untuk menambah jumlah produksi sel telur perempuan. Perangsangan berlangsung 5 - 6
minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan siap dibuahi. Proses injeksi
ini dapat mengakibatkan adanya efek samping.
d. Dilakukan pemantauan pertumbuhan folikel seperti cairan yang berisi
sel telur di indung telur yang bisa dilihat dengan USG. Pemantau proses bayi tabung memiliki tujuan untuk melihat apakah sel telur sudah cukup matang untuk
dipanen.
e. Menyuntikkan obat untuk mematangkan sel telur yang belum
dipanen agar siap.
f. Setelah itu, dokter atau tenaga medis akan melakukan proses
pengambilan sel telur untuk di proses di laboratorium. Pengambilan sel telur menggunakan penusukan jarum (pungsi) melalui vagina dengan ultrasonografi. Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel
telur. Lalu sel telur akan berjalan melewati saluran telur dan bertemulah dengan sel sperma pada kehamilan yang normal.
g. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur,
h. Pengambilan sperma dari suami pada hari yang sama. Bagi
suami yang tidak memiliki masalah dengan spermanya, maka pengambilan sperma
umumnya dilakukan dari hasil masturbasi. Tapi jika ternyata ada masalah dengan
sperma atau masturbasi, sperma diambil dengan cara operasi untuk mengambil
sperma langsung dari buah zakar.
i. kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sperma suaminya
yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik. Kehamilan pada pasangan satu sel sperma harus bersaing dengan sel sperma yang lain. Sel
Sperma yang kuat dan berhasil untuk menerobos sel telur merupakan sel sperma kualitas terbaik.
j. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam
tabung petri kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan
18 – 20 jam kemudian dan kemudian keesokan harinya diharapkan sudah terjadi
pembuahan sel. Baru dilakukan proses pembuahan (fertilisasi) di dalam media
kultur di laboratorium untuk menghasilkan embrio.
k. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini.
Kemudian diimplantasikan ke dalam rahim isteri. Pada periode ini tinggal
menunggu terjadinya kehamilan. Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk
ditransfer yang diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien.
l. Penunjang fase luteal untuk mempertahankan dinding rahim.
Pada tahap ini, biasanya dokter akan memberikan obat untuk mempertahankan
dinding rahim si ibu supaya bisa terjadi kehamilan.
m Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak
terjadi menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan
seminggu kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.
n. Yang terakhir, proses simpan beku embrio untuk waktu
tertentu. Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan
kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan disimpan
dalam nitrogen cair yang dicairkan secara hati-hati oleh para tenaga medis.Hal
ini dilakukan jika ada embrio yang lebih, sehingga bisa dimanfaatkan kembali
bila diperlukan untuk kehamilan selanjutnya.
5. Factor – Factor Yang Mempengaruhi Bayi Tabung Diadakan
Banyak factor yang menjadi
penyebab infertilisasi sehingga pasangan suami istri tidak mempunyai anak,
antara lain:
a. Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur
(mungkin terlalu sering atau terlalu jarang), gangguan fungsi seksual pria
yaitu disfungsi ereksi, ejakulasi dini yang berat, ejakulasi terhambat,
ejakulasi retrograde (ejakulasi ke arah kandung kencing), dan gangguan fungsi
seksual wanita yaitu dispareunia (sakit saat hubungan seksual) dan vaginismua.
b. Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan
reproduksi pria maupun wanita, misalnva infeksi pada buah pelir dan infeksi
pada Rahim.
c. Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria
maupun wanita sehingga pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.
d. Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan
pada buah pelir sehingga proses produksi spermatozoa terganggu.
e. Fakror psikis, misalnya stress yang berat sehingga
mengganggu pembentukan set spermatozoa dan
sel telur.
Untuk menghindari terjadinya
gangguan kesuburan pada pria maupun wanita, maka faktor-faktor penyebab
tersebut tersebut harus dihindari. Tetapi kalau gangguan kesuburan telah
terjadi, diperlukan pemeriksaan yang baik sebelum dapat ditentukan langkah
pengobatannya.